Inovasi Air Dubai: Bagaimana Gurun Menjadi Oasis Berkelanjutan
8 Mei 2025
Salin tautan
Sumber
42
Tampilkan sumber dalam teks
Google
Infiniferro
Dewa Gov
Thesustainabilitycloud
Thefirstgroup
Lucidityinsights
Go-globe
Gulfbusiness
U
Dubaiasitusedtobe
Dubaisce Gov
Imlaak
En Wikipedia
Theshake
Wise
Metropolitan
Jlwme
Acciona-me
Sponsorcontent Cnn
Agbi
Ceicdata
Dm Gov
Dubaipulse Gov
Dewa Gov
Gtholidays
Aliyasrealestate
Utilities-me
Dubaifuture
Agda
Digitaldubai
Researchgate
Dubaisce Gov
Rsbdubai Gov
Pinsentmasons
Mediaoffice
Squareyards
Damacproperties
Falconenergy
Dewa Gov
Arabplast
Adra Gov
Dm Gov
Bayangkan sebuah kota metropolis gemerlap yang menjulang dari pasir gurun, sebuah pusat global yang ramai dengan kehidupan, perdagangan, dan pariwisata
[1]
[20]
[24]. Sekarang, bayangkan tantangan besar dalam menyediakan air untuk menopang kota yang semarak ini. Dubai, yang terletak di wilayah gersang dengan curah hujan tahunan kurang dari 100mm dan tanpa badan air tawar alami yang besar, menghadapi perjuangan terus-menerus untuk keamanan air
[2]
[15]
[27]. Memenuhi permintaan air yang tinggi, didorong oleh pertumbuhan populasi dan pembangunan, membutuhkan solusi cerdas dan manajemen strategis[1][20][24][2]
[17]. Otoritas Listrik dan Air Dubai (DEWA) adalah pemain kunci yang mengelola sumber daya vital ini[2]
[13]
[8]
[16]
[5]. Artikel ini akan membahas pendekatan tiga cabang Dubai yang mengesankan untuk menjaga keran tetap mengalir: desalinasi canggih, daur ulang air komprehensif, dan upaya konservasi yang berdedikasi.
Tantangan Air Dubai: Bertahan di Tengah Gurun
Keberadaan Dubai sendiri adalah bukti keberhasilan mengatasi keterbatasan lingkungan[1][20][24]. Kenyataan pahitnya adalah iklim yang sangat kering dengan air tawar alami yang sangat langka[2][15][27]. Tidak seperti kota-kota yang dianugerahi sungai atau curah hujan melimpah, Dubai harus menciptakan sebagian besar airnya[2][15]. Tantangan mendasar ini diperbesar oleh pertumbuhan kota yang luar biasa, menarik jutaan penduduk dan wisatawan yang semuanya membutuhkan air untuk minum, sanitasi, dan kehidupan sehari-hari[1][20][24][2][17]. Tanggung jawab untuk memuaskan dahaga ini sebagian besar diemban oleh DEWA, entitas pemerintah yang bertugas memasok listrik dan air yang andal[8]
[31][2][5]. Bagaimana Dubai mengelolanya? Dubai sangat bergantung pada teknologi dan perencanaan strategis, berfokus pada pengubahan air laut menjadi air minum, menggunakan kembali setiap tetes yang mungkin, dan mendorong semua orang untuk menghemat air[2]
[39]
[14][17]
[10][14]
[11]
[18][2]
[7]
[3]
[12]. Mari kita lihat bagaimana strategi-strategi ini bekerja bersama.
Desalinasi: Mengubah Air Laut Menjadi Penyelamat
Jadi, dari mana sebenarnya sebagian besar air Dubai berasal? Jawabannya ada di Teluk Arab yang luas. Desalinasi, proses menghilangkan garam dari air laut, adalah landasan utama pasokan air Dubai, menyediakan sekitar 90% air minum kota[2][39][14][17][2][17]. Coba bayangkan – hampir setiap gelas air keran berawal dari air laut[2][17]. DEWA mengoperasikan pabrik desalinasi besar, dengan Kompleks Pembangkit Listrik dan Desalinasi Jebel Ali sebagai raksasa global – fasilitas tunggal terbesar di dunia untuk pembangkit listrik dan desalinasi air
[32]
[42][31]. Ini menyoroti betapa pentingnya desalinasi bagi kelangsungan hidup dan kemakmuran kota[2][32][12].
Secara historis, Dubai sangat bergantung pada teknologi yang disebut distilasi Multi-Stage Flash (MSF)[2][32][18]. Meskipun efektif, MSF menggunakan banyak energi, pada dasarnya merebus air laut secara bertahap untuk mengumpulkan uap segar[39][32]
[21][39][32][5][13]. Hingga akhir 2022, DEWA masih mengoperasikan 43 unit MSF yang memproduksi 427 Juta Galon Imperial per Hari (MIGD)[31]. Namun, masa depan beralih ke metode yang lebih hemat energi: Sea Water Reverse Osmosis (SWRO)[5][8][13][14]
[22]. SWRO menggunakan tekanan tinggi untuk mendorong air laut melalui membran khusus, menyaring garam[39][32][13][21]. Teknologi ini menggunakan energi yang jauh lebih sedikit, dapat beroperasi secara independen dari pembangkit listrik, dan membantu mengurangi emisi karbon[13]. DEWA secara strategis meningkatkan kapasitas SWRO-nya, menargetkan agar mencapai 42% dari total pada tahun 2030, lompatan besar dari 13% sekitar tahun 2022
[23][31]. Pada akhir 2022, kapasitas SWRO mencapai 63 MIGD, tetapi angka ini berkembang pesat[31].
Kompleks Jebel Ali tetap menjadi jantung operasi, dengan total kapasitas sekitar 490-495 MIGD[5]
[37][42]
[9][23][31]. Tetapi hal-hal besar sedang terjadi di pesisir Hassyan[1][24]
[26]
[28]. Pabrik SWRO baru yang masif sedang dibangun di sana, yang akan menambah 180 MIGD lagi pada fase pertamanya[1][24][9]
[4][26][16][28]. Pabrik ini adalah pengubah permainan; ini adalah proyek Independent Water Producer (IWP) pertama DEWA dan bertujuan menjadi pabrik desalinasi bertenaga surya terbesar di dunia setelah selesai sekitar tahun 2026/2027[1][9][4][24][26][28][1][24][26][16][28]. Secara keseluruhan, kapasitas desalinasi Dubai diproyeksikan melonjak dari ~495 MIGD saat ini menjadi 670 MIGD pada tahun 2026, dan mencapai 730-735 MIGD pada tahun 2030[37][9][4][1][37][9][31]. Tujuan utamanya? Pada tahun 2030, DEWA berencana untuk memproduksi 100% air desalinasi menggunakan campuran energi bersih, terutama tenaga surya dan panas limbah yang dipulihkan, menjadikan produksi air benar-benar berkelanjutan[1][5][8][37][13][22][16].
Menutup Siklus: Daur Ulang Air Canggih Dubai
Desalinasi sangat penting, tetapi boros energi[2][39][32][14]. Itulah mengapa Dubai juga fokus untuk memaksimalkan penggunaan setiap tetes air melalui daur ulang air canggih, bagian penting dari Strategi Manajemen Sumber Daya Air Terpadu Dubai 2030[5]
[33][42][22]. Mengapa daur ulang? Ini secara signifikan mengurangi kebutuhan akan lebih banyak air desalinasi, menghemat energi, dan melindungi sumber daya air tanah emirat yang terbatas dan tertekan[10][14][11][18][17][20]. Anggap saja ini sebagai menutup siklus air.
Pemain utamanya di sini adalah program Treated Sewage Effluent (TSE), yang dikelola oleh Pemerintah Kota Dubai[12][9][10][11]. Dubai telah menjadi sangat efisien dalam hal ini, mencapai tingkat penggunaan kembali air limbah olahan yang luar biasa sebesar 90% pada tahun 2023[10][11]
[25]. Dan mereka tidak berhenti di situ – target ambisiusnya adalah mencapai utilisasi 100% pada tahun 2030[10][11][25]. Instalasi pengolahan utama seperti yang ada di Warsan, Jebel Ali, dan Al Awir menggunakan proses canggih untuk memurnikan air limbah hingga standar tinggi[11][18][10]
[30].
Jadi, ke mana perginya semua air daur ulang ini? Bukan untuk diminum, tetapi memainkan peran penting dalam menjaga Dubai tetap hijau dan fungsional. Penggunaan terbesarnya adalah irigasi – menyirami taman kota, ruang hijau, dan area lanskap melalui jaringan luas sepanjang lebih dari 2.400 kilometer[10][11][18][25]. Air ini juga penting untuk sistem pendingin distrik, yang membantu menjaga kenyamanan gedung di tengah panas
[6][10][11][25]. Penggunaan lainnya termasuk proses industri dan menjaga ketinggian air di danau buatan[14][18][10]. Manfaatnya sangat besar: perkiraan penghematan tahunan sekitar AED 2 miliar dengan mengurangi ketergantungan pada air desalinasi, penghematan listrik yang signifikan, emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, dan perlindungan untuk air tanah yang berharga[10]. Beberapa instalasi pengolahan bahkan menangkap biogas selama proses untuk menghasilkan energi, membuat sistem ini semakin berkelanjutan[10].
Setiap Tetes Berharga: Strategi Konservasi Air
Memproduksi dan mendaur ulang air hanyalah sebagian dari solusi; mengelola permintaan sama pentingnya[2][7][3][12]. Dubai secara aktif mempromosikan konservasi air melalui Strategi Manajemen Sisi Permintaan (DSM) 2030, yang bertujuan untuk memangkas konsumsi air sebesar 30% dibandingkan dengan proyeksi biasa
[34][22][10]. Dan ini berhasil – pada tahun 2022 saja, strategi ini menghemat 16,1 miliar galon imperial air[34].
Bagaimana ini dicapai? Ini adalah kombinasi upaya dari DEWA dan Pemerintah Kota Dubai[2][7][3][12][6]. DEWA menjalankan kampanye kesadaran dan memanfaatkan teknologi melalui Inisiatif Smart Living, yang menggunakan meteran pintar untuk memberi tahu pelanggan tentang potensi kebocoran atau penggunaan tinggi[7]. Inisiatif Green Bill mereka juga mendorong penagihan tanpa kertas[7]. Pemerintah Kota Dubai berfokus pada teknik irigasi yang efisien untuk ruang publik dan mempromosikan lanskap hemat air, yang dikenal sebagai xeriscaping[6].
Insentif finansial juga berperan. DEWA menggunakan struktur tarif berjenjang – semakin banyak air yang kamu gunakan, semakin tinggi harga per unitnya, mendorong orang untuk memperhatikan konsumsi mereka[2]. Peraturan bangunan mewajibkan perlengkapan hemat air seperti keran dan toilet aliran rendah pada konstruksi baru[7]. Kampanye publik juga membuat perbedaan. Kamu mungkin pernah melihat inisiatif "Dubai Can", yang diluncurkan pada tahun 2022, yang mempromosikan botol air yang dapat digunakan kembali dan telah memasang banyak stasiun pengisian ulang air gratis di seluruh kota, menghemat jutaan botol plastik sekali pakai
[38]. Hingga Maret 2024, air mancur ini telah mengeluarkan hampir 9 juta liter air gratis[38]. Setiap inisiatif, besar atau kecil, berkontribusi pada budaya konservasi.
Mengamankan Masa Depan: Penyimpanan, Strategi & Inovasi
Ke depannya, Dubai tidak hanya fokus pada pasokan sehari-hari; Dubai membangun ketahanan untuk masa depan melalui penyimpanan air strategis dan rencana menyeluruh[5][33][42]
[19][16]
[29]. Memiliki cadangan air sangat penting untuk menangani keadaan darurat atau gangguan tak terduga[2][33]
[35][19]
[40][22]
[41]. Salah satu proyek terobosan adalah Aquifer Storage and Recovery (ASR)[33][35][19][40][41]. Ini melibatkan penyimpanan air desalinasi berkualitas tinggi – seringkali diproduksi menggunakan surplus tenaga surya – di bawah tanah dalam akuifer alami[5][33][35][22][41]. Tujuannya adalah untuk menyimpan hingga 6.000 juta galon imperial, menciptakan sistem ASR terbesar di dunia untuk air minum, yang mampu memasok lebih dari 50 MIGD selama 90 hari dalam keadaan darurat[33][35][19][40][41][31].
Selain ASR, DEWA terus membangun waduk permukaan konvensional, dengan fasilitas baru yang sedang dibangun di area seperti Nakhali, Lusaily, dan Hatta, yang secara bertahap meningkatkan total kapasitas penyimpanan[33][19][40][35][19][40]. Upaya-upaya ini dipandu oleh strategi komprehensif seperti Strategi Manajemen Sumber Daya Air Terpadu Dubai 2030 dan Strategi Keamanan Air UEA 2036 yang lebih luas, memastikan pendekatan yang terkoordinasi[5][33][42][19][16][29]. Fokus masa depan tetap jelas: melanjutkan peralihan ke energi bersih untuk desalinasi (target 100% pada tahun 2030), memaksimalkan penggunaan kembali air (target 100% pada tahun 2030), dan mengintensifkan upaya konservasi (target DSM 30% pada tahun 2030)[1][5][8][37][13][22][16][10][11][25][34][22]. Dubai juga terus memperhatikan inovasi, mengeksplorasi R&D desalinasi canggih dan meningkatkan manajemen air hujan melalui proyek seperti "Tasreef"[8]
[36]. Kombinasi teknologi yang telah terbukti, penyimpanan strategis, dan perencanaan berwawasan ke depan ini memastikan Dubai tetap menjadi kota yang berkembang pesat dan aman air di jantung gurun[5][33][34][12].
Coba Gratis