Dari Gurun Pasir ke Panggung Dunia: Kisah Awal Olahraga UEA 1971-1990
8 Mei 2025
Salin tautan
Sumber
21
Tampilkan sumber dalam teks
Bayangkan suasananya: Desember 1971. Sebuah negara baru, Uni Emirat Arab, lahir. Ini bukan hanya tonggak sejarah politik; ini adalah penanda dimulainya era baru dalam olahraga terorganisir di seluruh Emirat, termasuk Dubai 
[21]. Sebelumnya, olahraga kebanyakan bersifat santai, dimainkan secara informal. Namun, unifikasi membawa dorongan untuk menciptakan struktur, membangun tim nasional, dan melangkah ke panggung dunia [21]
[8]
[10]. Anggaplah tahun-tahun antara 1971 dan 1990 sebagai fase peletakan fondasi yang krusial. Saat itulah cetak biru untuk Dubai dan kekuatan olahraga masa depan UEA dirancang. Mari kita telaah bagaimana federasi-federasi olahraga utama didirikan, langkah-langkah awal negara ini dalam kompetisi internasional (termasuk perjalanan Piala Dunia 1990 yang tak terlupakan itu), dan tokoh-tokoh berpengaruh yang membentuk era dasar ini, semuanya berdasarkan catatan sejarah [21][8][10].
Membangun Kerangka Kerja: Kebangkitan Federasi Olahraga
Jadi, mengapa tiba-tiba ada kebutuhan akan badan olahraga formal setelah 1971? Nah, dengan adanya negara baru, muncul kebutuhan akan persatuan dan standar [21]. Badan pengelola formal sangat penting untuk menyatukan klub-klub yang tersebar, menciptakan aturan yang konsisten, mempromosikan olahraga secara nasional, dan, yang terpenting, memungkinkan UEA untuk bersaing secara internasional [21]
[19]. Ini tentang beralih dari sekadar main bola di kampung ke sistem nasional yang terstruktur [21].
Sepak bola, yang sudah populer berkat pengaruh Inggris sebelumnya, secara alami memimpin [21]. Asosiasi Sepak Bola UEA (UAEFA) didirikan bersamaan dengan lahirnya negara itu sendiri pada tahun 1971 [21]
[1]
[4]
[5][8]
[9]
[11]
[15]. Ini adalah langkah besar dalam menyatukan klub-klub di seluruh emirat [21]. UAEFA tidak membuang waktu untuk mendapatkan pengakuan global, bergabung dengan FIFA pada tahun 1974 (beberapa sumber menyebutkan 1972) serta Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan Asosiasi Sepak Bola Arab (UAFA) pada tahun 1974 [1][4][5]
[7][9][11]. Tugasnya? Mengelola sepak bola, menyiapkan liga (seperti liga eksperimental pada 1973-74), dan mempersiapkan tim nasional untuk beraksi [21][8][11][15]. Klub-klub mapan seperti Al Nasr Dubai, yang tertua di UEA (didirikan 1945), menjadi pilar penting dalam pertumbuhan awal ini [10]
[18].
Tapi ini bukan hanya tentang sepak bola. Badan-badan olahraga lain juga mulai terbentuk. Komite Olimpiade Nasional UEA mendapatkan pengakuan, membuka jalan bagi penampilan Olimpiade pertama negara itu pada tahun 1984 [8]
[12][15]. Kriket juga membuat kemajuan, dengan UEA bergabung dengan Dewan Kriket Internasional (ICC) sebagai anggota asosiasi sekitar tahun 1989 atau 1990 [8]
[16][19]
[20]. Bahkan kegiatan tradisional seperti equestrianism (berkuda) menunjukkan minat yang meningkat terhadap organisasi formal selama tahun 80-an, meskipun federasi resminya (UAEERF) baru terbentuk sedikit lebih lambat pada tahun 1992 
[2]
[3]
[6]. Sejujurnya, pembentukan semua federasi ini sangat fundamental – mereka menyediakan struktur, saluran pendanaan, dan jalur pengembangan yang dibutuhkan untuk membangun negara olahraga dari nol [21][2][8].
Memasuki Arena: Kompetisi Internasional Awal
Dengan adanya federasi baru, UEA siap menguji kemampuannya di kancah internasional. Tim nasional sepak bola tidak menunggu lama, memainkan pertandingan internasional pertamanya pada tahun 1972 [11]. Berpartisipasi dalam Piala Teluk regional, mulai tahun 1980, adalah kunci untuk mendapatkan pengalaman [21]. Tim juga mulai berkompetisi di Piala Asia AFC, tampil pada tahun 1980, 1984, dan 1988 [9][11]. Meskipun awalnya mereka tidak lolos babak pertama, turnamen-turnamen ini merupakan kurva pembelajaran yang krusial [21][9][11].
Lalu tibalah momen yang benar-benar menggemparkan bangsa: lolos ke Piala Dunia FIFA 1990 di Italia – Italia '90 [21][4][5][8][9][10][11][12][15][18]. Bayangkan saja: hanya 18 tahun setelah UEA dibentuk, tim sepak bolanya menuju turnamen terbesar di Bumi [21][5][8][10][18]. Ini bukan hanya pencapaian olahraga; ini adalah gelombang besar kebanggaan nasional dan mengukuhkan posisi sepak bola di hati bangsa [21][5][8][10][18]. Menghadapi raksasa seperti Kolombia, Jerman Barat, dan Yugoslavia di babak penyisihan grup memang berat, dan tim tidak lolos, tetapi pengalamannya sendiri tak ternilai harganya [8][9][11][12]. Sekitar waktu yang sama, tim-tim muda juga membuat gebrakan, dengan tim U-17 lolos ke Piala Dunia mereka dan tim U-16 finis kedua di Asia pada tahun 1990 [4][5][11]
[13].
Di luar sepak bola, UEA melakukan debut Olimpiade di Olimpiade Musim Panas Los Angeles 1984 [8][12][15]. Itu adalah awal yang sederhana, dengan hanya tiga atlet yang berkompetisi di cabang atletik [12]. Namun bergabung dengan keluarga Olimpiade global merupakan pernyataan niat yang signifikan bagi negara muda ini [8].
UEA tidak hanya mengirim tim ke luar negeri; mereka juga mulai menyambut dunia. Menjadi tuan rumah acara internasional menjadi cara untuk membangun keahlian dan memamerkan kemampuan negara [10][18]. Acara-acara penting yang diadakan selama periode ini termasuk Piala Teluk ke-6 di Dubai (1982), Piala Asia untuk kriket di Sharjah (1984), Kejuaraan Pemuda AFC di Abu Dhabi (1985), Kejuaraan Dunia Bola Voli U19 FIVB di Dubai (1989), dan Kejuaraan AFC U-16 di Dubai dan Sharjah (1990) [13]. Sharjah, khususnya, muncul sebagai tempat kriket internasional utama sepanjang tahun 1980-an, menjadi tuan rumah berbagai pertandingan bergengsi [15]. Langkah-langkah awal di panggung internasional ini sangat penting untuk meningkatkan standar dan menginspirasi generasi berikutnya [21][10].
Orang-Orang di Balik Kemajuan: Tokoh Kunci
Semua ini tidak terjadi begitu saja. Perkembangan pesat olahraga di UEA antara tahun 1971 dan 1990 didorong oleh para pemimpin visioner dan individu-individu berdedikasi di dalam dan di luar lapangan.
Di tingkat tertinggi, dukungan dari bapak pendiri UEA, mendiang Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan dan mendiang Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum, sangat krusial [10][18]. Mereka memahami bahwa olahraga bukan hanya rekreasi; itu adalah alat untuk membangun identitas nasional dan mengembangkan generasi muda [10][18]. Dukungan khusus datang dari tokoh-tokoh seperti H.H. Sheikh Hamdan bin Zayed Al Nahyan, yang mengetuai UAEFA selama masa kritis menjelang kualifikasi Piala Dunia 1990 [10][18]. Dukungan juga mengalir dari anggota keluarga penguasa lainnya, seperti Sheikh Ahmed bin Rashid Al Maktoum, yang dikenal karena keterlibatannya dengan klub sukses Al Wasl FC 
[17].
Di lapangan, para pahlawan muncul, terutama di sepak bola, yang memikat imajinasi publik. Adnan Al Talyani menonjol – secara luas dianggap sebagai salah satu pemain terhebat UEA sepanjang masa 
[14]. Memainkan seluruh karir klubnya untuk Al Shaab sejak 1980, ia adalah pemain bintang tim nasional sepanjang tahun 80-an dan menjadi kapten tim selama kualifikasi Piala Dunia [10][14][18]. Lalu ada Abdulrahman Mohammed, pria yang sebenarnya menjadi kapten tim di putaran final Piala Dunia di Italia [10][18]. Bermain untuk klub Al Nasr Dubai, ia kemudian menggambarkan memimpin tim di Italia sebagai mimpi yang menjadi kenyataan, puncak bagi olahraga UEA pada saat itu [10][18]. Kita juga mengingat talenta seperti Zuhair Bakheet, seorang striker untuk Al Wasl dan tim nasional, yang merupakan bagian dari skuad legendaris 1990 itu [14]. Sungguh, seluruh tim Piala Dunia 1990 menjadi ikon nasional, menginspirasi banyak anak muda untuk menekuni olahraga ini [21][5].
Di balik layar, para pelatih dan administrator memainkan peran penting. Pelatih seperti Heshmat Mohajerani membantu membina talenta seperti Al Talyani dan mempersiapkan tim nasional untuk panggung internasional [14]. Dan jangan lupakan kerja keras para administrator awal yang seringkali tidak mendapat sorotan, yang dengan susah payah membangun federasi dan struktur organisasi dari nol. Upaya mereka meletakkan dasar penting untuk semua yang terjadi selanjutnya [10][18].
Coba Gratis