Ramadan di Dubai itu waktu yang benar-benar istimewa, masa yang ditandai dengan refleksi, semangat kebersamaan, dan praktik budaya yang unik. Saat kota ini menyambut bulan suci ini, memahami adat istiadat setempat, terutama seputar makan, jadi penting banget buat penduduk maupun pengunjung. Panduan ini bertujuan untuk menjelaskan tradisi makan penting di bulan Ramadan seperti Iftar dan Sahur, serta memberikan panduan, khususnya buat kamu yang non-Muslim, tentang cara menjalani bulan ini dengan rasa hormat dan pengertian. Dubai dengan indahnya memadukan tradisi yang mengakar kuat dengan kehidupan modern selama Ramadan, menciptakan suasana yang khusyuk sekaligus ramah. Memahami Ramadan: Lebih dari Sekadar Puasa
Jadi, apa sih sebenarnya Ramadan itu? Ramadan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriah, yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai waktu untuk berpuasa, berdoa, melakukan refleksi mendalam, dan memperkuat ikatan komunitas. Praktik utamanya adalah menahan diri dari semua makanan, minuman, dan merokok mulai dari fajar (Subuh atau Fajr) hingga matahari terbenam (Magrib atau Maghrib). Puasa ini, yang dikenal sebagai Sawm, bukan cuma soal menahan diri secara fisik; ini adalah salah satu dari lima rukun Islam, yang bertujuan untuk menyucikan jiwa, menumbuhkan empati terhadap mereka yang kurang beruntung, dan memperdalam hubungan spiritual seseorang dengan Tuhan. Untuk tahun 2025, Ramadan diperkirakan akan dimulai sekitar Jumat malam, 28 Februari, dan berakhir pada Sabtu, 29 Maret, meskipun tanggal pastinya tergantung pada rukyatul hilal (pengamatan bulan) resmi. Ritme Makan di Bulan Ramadan: Penjelasan Iftar dan Sahur
Puasa harian selama Ramadan diapit oleh dua waktu makan utama: Sahur sebelum matahari terbit dan Iftar setelah matahari terbenam. Ini bukan sekadar makan biasa; ini adalah momen-momen penting yang sarat dengan makna spiritual dan sosial. Sahur: Makan Sebelum Fajar
Sahur adalah waktu makan penting yang dilakukan pada dini hari, tepat sebelum salat Subuh (Fajr) menandakan dimulainya puasa hari itu. Anggap saja ini sebagai bahan bakar untuk menjalani hari; tujuannya adalah untuk memberikan nutrisi dan energi yang cukup agar bisa melewati jam-jam puasa dengan nyaman. Meskipun menekan tombol snooze mungkin terasa menggoda, menyantap Sahur sangat dianjurkan dalam tradisi Islam dan bahkan dianggap sebagai sumber keberkahan, atau barakah. Biasanya, hidangan Sahur terdiri dari makanan padat nutrisi seperti biji-bijian utuh, protein, buah-buahan, dan yang paling penting, banyak air putih agar tetap terhidrasi. Di beberapa tempat, kamu mungkin masih mendengar sayup-sayup tabuhan drum dari Musaharati, tokoh tradisional yang membangunkan orang untuk makan sahur ini. Umumnya, ini adalah waktu yang tenang dan penuh refleksi sebelum puasa hari itu dimulai. Iftar: Berbuka Puasa Saat Matahari Terbenam
Iftar adalah hidangan yang dinikmati tepat saat matahari terbenam, bertepatan dengan waktu salat Magrib (Maghrib), yang menandai berakhirnya puasa hari itu. Ini sering kali menjadi momen yang penuh kegembiraan dan antisipasi, sangat dinantikan dan sering dibagikan bersama keluarga, teman, dan komunitas yang lebih luas. Mengikuti tradisi Nabi Muhammad, puasa biasanya dibatalkan dengan kurma dan seteguk air atau laban (minuman buttermilk yang menyegarkan). Kurma, yang kadang disebut 'roti padang pasir', memberikan dorongan energi yang cepat dan alami. Setelah berbuka puasa awal dan salat malam, barulah hidangan yang lebih besar menyusul. Sajian Iftar di Dubai bisa sangat beragam, mulai dari masakan rumahan yang menenangkan hingga prasmanan mewah yang luar biasa yang ditemukan di hotel dan restoran di seluruh kota. Hidangan umum termasuk sup hangat, salad segar, daging panggang, olahan nasi kaya rasa seperti biryani atau machboos, semur tradisional (saloona), kue-kue gurih seperti samosas, dan hidangan penutup yang lezat. Suasananya selalu hangat, komunal, dan penuh perayaan. Jantung Ramadan: Berbagi, Keramahan, dan Amal
Ramadan benar-benar menyoroti semangat komunitas, kedermawanan (Zakat dan Sadaqah), dan keramahan Emirat yang terkenal, yang dikenal sebagai karam. Berbagi hidangan Iftar adalah praktik yang sudah mendarah daging, memperkuat hubungan sosial dan persahabatan. Banyak penduduk, baik warga Emirat maupun ekspatriat, menyiapkan makanan ekstra untuk dibagikan kepada tetangga, masjid setempat, atau mereka yang membutuhkan, karena menyediakan Iftar dipandang sebagai tindakan yang sangat berpahala. Kamu akan melihat banyak tenda Ramadan (khiyam Ramadan) didirikan di seluruh Dubai dan UEA oleh badan amal dan perorangan; tenda-tenda ini menawarkan hidangan Iftar gratis untuk semua orang, mewujudkan semangat inklusivitas dan kedermawanan bulan ini. Diundang ke acara Iftar, baik di rumah seseorang, restoran, atau salah satu tenda komunitas ini, adalah cara yang luar biasa untuk merasakan keramahan ini secara langsung. Menerima undangan semacam itu umumnya dianjurkan dan dianggap sebagai sikap yang sopan. Panduan untuk Non-Muslim: Menghormati Norma Ramadan di Tempat Umum
Meskipun Dubai tetap menjadi kota yang ramah bagi semua orang selama Ramadan, ini adalah waktu ketika kepekaan dan rasa hormat yang lebih tinggi terhadap mereka yang menjalankan puasa sangat diharapkan. Memahami dan mematuhi pedoman tertentu, terutama di tempat umum selama jam puasa (dari fajar hingga matahari terbenam), adalah kunci untuk menunjukkan perhatian. Makan, Minum, dan Merokok Selama Jam Puasa
Dulu, ada aturan ketat yang melarang makan, minum, atau merokok di tempat umum selama jam puasa, berlaku untuk semua orang. Namun, situasinya, terutama di Dubai, tampaknya telah berkembang. Meskipun beberapa sumber resmi mungkin masih menyebutkan larangan, praktik saat ini menunjukkan bahwa tidak ada batasan hukum khusus yang mencegah non-Muslim mengonsumsi makanan atau minuman secara terbuka di siang hari. Meskipun begitu, etika dan rasa hormat adalah yang utama. Sangat disarankan dan dianggap sangat sopan bagi non-Muslim untuk menghindari makan, minum (bahkan air putih), merokok, atau mengunyah permen karet secara terbuka di ruang publik sebagai tanda hormat kepada mereka yang berpuasa. Kamu akan menemukan bahwa banyak gerai makanan di mal dan hotel tetap buka tetapi sering kali memiliki area khusus yang tertutup layar bagi mereka yang tidak berpuasa untuk makan dengan bijaksana. Pendekatan terbaik? Gunakan area ini atau cukup makan dan minum secara pribadi. Perlu dicatat bahwa pertimbangan ini umumnya tidak berlaku untuk anak kecil. Aturan Berpakaian dan Perilaku di Tempat Umum
Pakaian sopan umumnya disarankan di UEA sepanjang tahun, tetapi menjadi lebih penting lagi selama Ramadan. Baik pria maupun wanita dianjurkan untuk memilih pakaian yang menutupi bahu dan lutut saat berada di tempat umum. Sebaiknya hindari pakaian yang terlalu terbuka atau ketat selama bulan ini. Selain pakaian, perilaku umum di masyarakat juga harus mencerminkan suasana hormat bulan ini. Memutar musik keras (gunakan headphone saja!), menari, atau membuat kebisingan berlebihan di area publik umumnya tidak dianjurkan, terutama di sekitar waktu salat. Pamer kemesraan di depan umum juga sebaiknya dihindari. Lebih lanjut, sangat penting untuk menahan diri dari perilaku agresif atau menggunakan bahasa yang menyinggung. Kesabaran adalah kebajikan, terutama di jalan raya menjelang matahari terbenam saat orang-orang pulang untuk Iftar – bersiaplah untuk macet ya!. Menjalani Kehidupan Sehari-hari: Perubahan Praktis Selama Ramadan
Kehidupan menyesuaikan ritmenya selama Ramadan, dan ada baiknya kamu mengetahui beberapa perubahan praktis. Jam kerja biasanya dikurangi di sektor publik maupun swasta, umumnya sekitar dua jam setiap hari. Kantor-kantor pemerintah, misalnya, mungkin beroperasi dari jam 9 pagi hingga 2:30 siang (Senin-Kamis) dan jam 9 pagi hingga 12 siang (Jumat). Pengurangan jam kerja ini juga berlaku untuk karyawan non-Muslim di sektor swasta, tanpa memengaruhi gaji. Kamu juga akan melihat perubahan dalam operasional bisnis; mal sering memperpanjang jam buka malam mereka, buka hingga larut malam, sementara beberapa toko kecil mungkin tutup selama jam puasa di siang hari dan buka kembali setelah Iftar. Jam buka restoran bisa sangat bervariasi – banyak yang tutup di siang hari tetapi buka untuk layanan Iftar dan Sahur yang ramai, sementara yang lain menawarkan makan siang di area yang ditentukan. Sejujurnya, selalu ide yang bagus untuk memeriksa jam buka terlebih dahulu selama Ramadan. Laju kehidupan secara umum cenderung melambat di siang hari, lalu berganti menjadi malam yang semarak dan sibuk.